Jangan Terulang Lagi Pneumonia! Yuk Cegah dengan Imunisasi PCV Gratis

Selalu ada yang pertama di dunia ini. Termasuk melihat anak dirawat inap gara-gara sakit infeksi paru-paru. Itulah hal yang dialami oleh Aurumi, anak kedua saya.

Aurumi didiagnosis bronkopneumonia ketika usia kurang dari dua bulan. Sekarang, usia Aurumi sudah 8 bulan. Sedih sekali kalau diingat bagaimana Aurumi menjalani hari-hari ketika dirawat di rumah sakit. 

Waktu itu, bulan September 2022 Aurumi mengalami batuk berdahak yang lumayan serius. Saya katakan serius karena terdengar dari suaranya, batuk yang dalam. Batuk berdahak yang sumbernya bukan dari gatal tenggorokan, lebih dalam lagi.

Jadi sekira bulan September 2022, memang banyak sekali kasus batuk pilek. Konon, katanya anak mengalami utang imunitas. Anak jadi mudah sakit karena selama pandemi, anak cenderung 'dikurung di rumah' jarang berinteraksi dengan anak lain sehingga mungkin jarang terpapar virus. 

Ketika pandemi mulai mereda, anak-anak kembali mulai bermain dan bersekolah, anak-anak jadi gampang sakit. Itulah utang imunitas.

Saya menduga, Aurumi batuk tertular dari kakaknya, Aurora. Waktu itu,  Aurora memang sakit batuk berdahak. Barangkali tertular ketika bersekolah. Setelah itu, saya juga sempat batuk. 

Diagnosa bronkopneumonia

Saya periksakan Aurumi hari Jumat ke dokter anak, hari pertama Aurumi batuk. Aurumi diberi obat pengencer dahak biasa. Saya lalu dijelaskan tanda-tanda kegawatan. Biar bagaimanapun, anak 2 bulan imunitasnya rentan sekali.

Selang tiga hari, batuk Aurumi tidak membaik, bahkan cenderung memburuk. Saya lalu periksakan ulang di dokter yang sama. Dokter meminta Aurumi dirawat inap karena setelah diperiksa ada kekhawatiran sesak napas.

Aurumi kemudian dicek darah, dirontgen. Hasil cek darah dan rontgen ini yang membantu diagnosis apa penyebab batuk tersebut. Perlu diingat, batuk hanyalah dampak dari sesuatu, untuk menyembuhkannya perlu dicari tahu lebih dulu apa yang menyebabkan batuk.

Aurumi waktu di IGD. Diambil darah dan dipasang alat untuk pemberian antibiotik suntik.


Setelah dilakukan tes darah dan rontgen untuk mengetahui penyebab batuk, dokter mengatakan Aurumi mengalami bronkopneumonia.

Kata dokter,  kasus bayi 2 bulan sakit batuk termasuk jarang. Kalau sakit harus dipantau terus karena bayi tidak bisa mengeluarkan dahak.

Selama dirawat, Aurumi diberikan antibiotik suntik 3x sehari, terapi uap 2x sehari, minum obat 3x sehari dan terapi sinar inframerah sehari sekali. Agak sedikit ngilu ketika melihat anak rutin disuntik, tapi semua dilakukan sebagai ikhtiar untuk sembuh. Alhamdulillah Aurumi tetap ceria seperti biasanya.

Pada hari keempat, pemberian antibiotik dari suntikan diganti dengan antibiotik oral sebab ada sedikit gangguan teknis ketika disuntik. Alhamdulillah selama 5 hari rawat inap, Aurumi membaik. Batuknya berangsur-angsur menghilang. 

Aurumi masih menjalani pengobatan secara mandiri di rumah. Saya berikan balsem, minyak esensial agar badannya lebih nyaman. Ketika kontrol beberapa hari kemudian, dokter bilang paru-paru Aurumi sudah bersih.

Tangan mungil Aurumi disuntik demi pengobatan.


Apa penyebab bronkopneumonia? 

Dokter anak yang memeriksa Aurumi mengatakan bronkopneumonia bisa disebabkan bakteri, jamur atau virus. Umumnya pemicunya kurang jaga  kebersihan. Bisa jadi, ada yang batuk atau bersin tidak mencuci tangan lalu sentuh-sentuh Aurumi. Asap rokok juga bisa menjadi penyebabnya. 

Jadi, stop sentuh bayi kecuali tangan dalam keadaan bersih dan orang tua dalam keadaan sehat. Kalau merasa tidak sehat, segera pakai masker. Selalu pisahkan bayi dengan orang lain yang sedang sakit. Kalau kakak sakit, maka harus pisah kamar untuk sementara.

Dokter juga mengingatkan untuk menjauhkan anak dari segala jenis debu dan asap. Asap apa pun, debu apa pun. Benda-benda yang berpotensi menyimpan debu seperti boneka bulu, karpet bulu atau bantal bulu harus dijauhkan dari bayi. Pemakaian bedak juga tidak diizinkan.

Apa bronkopneumonia bisa sembuh total?

Bisa. Kata dokter, bronkopneumonia tidak membutuhkan pengobatan yang terus menerus, kalau sudah sembuh ya sudah. Sayangnya, bronkopneumonia bukanlah penyakit sekali seumur hidup. 

Penyakit ini bisa terjadi berulang. Ini seperti yang terjadi pada kawan satu kamar Aurumi di rumah sakit yang kali kedua mengalami bronkopneumonia. Pertama saat usianya dua bulan, kedua saat usianya enam bulan. Ketika saya tanyakan apa kemungkinan pemicunya, sang ibu menjawab kemungkinan asap dapur.

Bronkopneumonia bisa dicegah dengan terus menjaga kebersihan. Menjauhkan anak dari pemicu-pemicunya, misalnya asap rokok, atau debu. Salah satu cara untuk mencegah penunomia adalah dengan imunisasi. 

Aurumi ketika menjalani rawat inap di rumah sakit.


Bahaya pneumonia

Berdasarkan data WHO tahun 2019, pneumonia menyebabkan 14 persen dari seluruh kematian anak di bawah 5 tahun dengan total kematian 740.180 jiwa.  Pneumonia merupakan penyakit infeksi penyebab utama kematian pada bayi dan balita di dunia. Menurut data Kementrian Kesehatan (Kemenkes) dii Indonesia, sekitar 14,5 persen kematian pada bayi dan 5 persen kematian pada balita setiap tahunnya disebabkan karena pneumonia.

Pencanangan imunisasi PCV secara nasional. (sumber: Kemenkes)

Kini, imunisasi PCV untuk mencegah pneumonia gratis secara nasional. Imunisasi PCV sudah masuk imunisasi rutin. Imunisasi ini bisa memberikan perlindungan yang efektif untuk bayi terhadap penyakit pneumonia atau radang paru akibat infeksi bakteri pneumokokus.

Pada pertengahan September 2022 lalu, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meresmikan pencanangan Imunisasi PCV tingkat nasional di Puskesmas Talang Jambe, Kota Palembang secara virtual. 

"Dengan adanya imunisasi ini ditargetkan dapat tiga hal sekaligus yaitu menurunkan angka kematian bayi, menurunkan angka kematian balita dan menurunkan angka stunting," ucap dia. 

Menkes mengatakan bahwa vaksinasi ini tidak hanya mencegah sakit, namun jangka panjang bisa menurunkan stunting. Pneumonia, kata Budi, bisa menyebabkan terganggunya keseimbangan gizi. Sebab, gizi yang masuk ke dalam tubuh bayi bukan hanya digunakan untuk pertumbuhan tapi juga untuk melawan penyakit.

Jika pneumonia bisa dicegah, maka bisa menjadi upaya untuk menurunkan stunting. Jika masa kecil anak sehat diharapkan anak bisa produktif ketika memasuki usia dewasa.

Kapan dan di mana imunisasi PCV?

lmunisasi PCV diberikan sebanyak 3 dosis. Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis kedua usia 3 bulan dan dosis ketiga pada usia 12 bulan. Vaksin ini diberikan gratis. Vaksin yang digunakan aman dan telah direkomendasikan oleh WHO serta telah lulus uji dari BPOM.

Imunisasi bisa diberikan di rumah sakit, klinik, praktik mandiri dokter, praktik mandiri  bidan, dan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang memberikan layanan imunisasi. 

Imunisasi (ilustrasi). Sumber foto: Kemenkes

Di Indonesia, pelaksanaan imunisasi PCV telah dimulai sejak 2017 melalui pelaksanaan program demonstrasi imunisasi PCV di Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pada 2018 – 2021 pelaksanaan imunisasi PCV diperluas ke seluruh kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Bangka Belitung serta beberapa kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur. Lantaran banyak manfaatnya, Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) merekomendasikan vaksinasi PCV dilakukan secara nasional.

Kini, Aurumi sudah mendapatkan imunisasi PCV dosis pertama dan kedua di usia dua bulan dan tiga bulan. Aurumi masih menunggu PCV dosis ketiga saat usianya sudah 12 bulan mendatang. Jadi, ayo cegah pneumonia dengan tetap menjaga kebersihan, menjaga kesehatan dan imunisasi. 

Komentar